INFORMASI/PENDAFTARAN
HUBUNGI DI WHATSAPP |
Sejarah Pasar Rintisan TKI Pasar Desa Gunung Terang, Labuhan Ratu, Lampung Timur mulanya adalah pasar desa yang sudah dua kali mati pergerakannya. Pada 2001, pihak desa menyerahkan pasar tersebut kepada para PMI di desa tersebut sehingga berganti nama menjadi “Pasar Rintisan TKI”.
Telah disiapkan lahan seluas 1 hektar tepat di depan jalan Lintas Pantai Timur Sumatera, satu kilometer dari Taman Nasional Way Kambas. Terdapat 90 kios masing-masing berukuran 7 x 7 meter, 24 lapak sayuran, dan 4 lapak ikan. Harga Rp 600.000-700.000 per kios. Saat itu, siapapun boleh membeli dengan sistem pembayaran tunai atau cicilan.
Siapapun berhak memiliki sebuah kios hak guna pakai itu. Diawali dari Imam Nahrowi (50) purna pekerja migran. Menjadi pekerja buruh pabrik material di Hong Kong membuatnya berpikir untuk membuka toko material.
"Dulu masih sangat sepi, saya coba-coba untuk membeli kios di pasar itu dan gaji tahun berikutnya saya belikan bahan-bahan material," tuturnya. Dia optimistis, usaha yang dirintisnya akan terus berkembang, karena setiap orang pasti membutuhkan material untuk membangun rumah maupun jalan. Apalagi, lokasi kios Imam, berada di tempat strategis, pas depan Jalan Lintas Sumatera. Alhasil, usahanya berkembang hingga sekarang dan dia mengajak purna-purna lainnya untuk mengembangkan pasar tersebut.
"Ada yang membuka kios wartel ketika itu berguna sekali menjalin komunikasi antara pihak keluarga dengan kami para TKI, wartel ketika itu menjadi alat komunikasi paling dibutuhkan," kisahnya. Kios wartel itu dikembangkan seorang purna pekerja migran bernama Berty Sarofah salah satu perintis terbentuknya pasar TKI di sana.
Berty pernah memiliki 15 kios usahanya. Tetapi, saat ini belum bisa memberikan keterangan karena sedang proses pemulihan dari gangguan kejiwaan. Cerita keberhasilan membuka lapak terus diperbincangkan hingga akhirnya pemilik kios dan juga lapak-lapak sayuran sebagian besarnya dimiliki oleh purna TKI asal Desa Labuhan Ratu. Terbengkalai Tetapi sayangnya, perkembangannya tidak sesuai dengan harapan.
Perkembangan pasar, perlahan mulai menyurut. Banyak kios terbengkalai ditinggalkan pemiliknya. Padahal, pasar itu sempat dijadikan percontohan keberhasilan pekerja migran dalam mengembangkan perekonomian daerahnya. "Saya sendiri kurang tahu secara pasti, tapi diperkirakan kurang sabar dalam berusaha.
Kemungkinan lainnya, pasar kami lokasinya tidak jauh dari pasar besar yang terletak di Desa Tridatu, Labuhan Ratu," kata Imam. Hingga akhirnya, pasar dikembalikan lagi pengelolaannya ke aparat desa, meskipun masih banyak pemiliknya adalah purna buruh migran. "Paling tidak kami sudah mengawali pembangunan ekonomi di kampung yang kami cintai," tutur pemilik toko material terbesar di kampungnya itu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pasar Rintisan Mantan TKI Lampung Timur yang Pernah Berjaya...",
FOLLOW THE PJTKI RESMI TERPERCAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow PJTKI RESMI TERPERCAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram